0
0
Fenomena “sober curious” atau gaya hidup tanpa alkohol, setidaknya untuk periode tertentu atau dengan konsumsi yang sangat minim, semakin mendapatkan daya tarik di kalangan pekerja profesional di Asia. Di tengah budaya minum-minum yang seringkali lekat dengan dunia korporat dan pergaulan sosial, terutama di negara-negara seperti Jepang, Korea, atau Tiongkok, tren ini merefleksikan perubahan prioritas menuju kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas yang lebih baik.
Pekerja profesional di Asia, yang seringkali menghadapi tekanan kerja tinggi dan jam kerja panjang, mulai menyadari dampak negatif alkohol terhadap kesehatan fisik dan mental mereka. Tidur yang terganggu, penurunan energi, dan hangover dapat secara signifikan mengurangi produktivitas dan fokus. Dengan mengurangi atau menghilangkan alkohol, banyak yang melaporkan peningkatan kualitas tidur, energi yang lebih stabil, kejernihan mental, dan mood yang lebih baik.
Selain manfaat kesehatan, gaya hidup sober curious juga dipicu oleh kesadaran sosial. Generasi muda semakin sadar akan pentingnya self-care dan batasan pribadi. Mereka tidak lagi merasa tertekan untuk minum hanya karena norma sosial. Bar dan restoran di Asia juga mulai beradaptasi dengan menawarkan lebih banyak pilihan minuman non-alkohol yang kreatif dan canggih, sehingga individu dapat bersosialisasi tanpa harus mengonsumsi alkohol.
Meskipun demikian, mengubah kebiasaan minum yang sudah mengakar dalam budaya kerja dan sosial di Asia bisa menjadi tantangan. Namun, dengan semakin banyaknya advokasi untuk kesehatan mental dan kesejahteraan, serta dukungan dari komunitas daring, gaya hidup sober curious diperkirakan akan terus tumbuh. Ini adalah pergeseran yang menunjukkan bahwa pekerja profesional di Asia semakin memprioritaskan kesehatan pribadi di atas ekspektasi sosial.
