Krisis perumahan dan kesadaran lingkungan melahirkan tren tiny house movement, gaya hidup dengan rumah mini berukuran 10–30 meter persegi.
Tiny house dirancang multifungsi: ruang tamu bisa berubah jadi kamar tidur, dapur jadi meja kerja, semuanya serba efisien.
Keunggulannya adalah biaya lebih murah, mobilitas tinggi, dan jejak karbon rendah. Banyak tiny house bahkan dirancang portable sehingga bisa dipindahkan ke lokasi baru.
Generasi milenial yang kesulitan membeli rumah besar melihat tren ini sebagai solusi kreatif. Mereka bisa punya rumah sendiri tanpa harus terjerat cicilan puluhan tahun.
Selain itu, tiny house juga mendorong hidup minimalis. Dengan ruang terbatas, orang hanya menyimpan barang yang benar-benar penting.
Namun, tantangan tetap ada. Tidak semua orang bisa nyaman tinggal di ruang sekecil itu, apalagi keluarga dengan anak.
Selain itu, regulasi perumahan di beberapa negara masih menghambat legalitas tiny house.
Meski begitu, popularitasnya terus meningkat. Banyak komunitas tiny house terbentuk di Amerika, Eropa, hingga Asia.
Tiny house movement adalah simbol bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari rumah besar, tapi dari hidup cerdas di ruang kecil.